• Kolom
  • GUNUNG-GUNUNG DI BANDUNG RAYA: Tujuh Gunung di Bandung Selatan yang Menjadi Favorit Pendaki

GUNUNG-GUNUNG DI BANDUNG RAYA: Tujuh Gunung di Bandung Selatan yang Menjadi Favorit Pendaki

Tujuh gunung di Bandung Selatan menawarkan paket komplit. Entah kita ingin mengejar keelokan sunrise dan sunset, berpetualang, atau sekadar mencari ketenangan.

Muhammad Andi Firmansyah

Mahasiswa Ilmu Politik Universitas Padjadjaran (Unpad)

Pemandangan di puncak Gunung Sangar Arjasari, Kabupaten Bandung, Agustus 2021. Tidak lagi sangar dan menyeramkan, kawasan ini pantas direkomendasikan sebagai salah satu destinasi wisata alam terbuka bagi warga. (Foto: Gan Gan Jatnika)

4 November 2023


BandungBergerak.id – Petualangan mendaki gunung adalah pengalaman yang layak untuk dijalani. Setiap saat yang dihabiskan di ketinggian akan membuat kita tumbuh. Kita didorong untuk terus beradaptasi dan tetap maju, pantang menyerah, terutama karena kita dihadapkan pada tantangan alam yang begitu besar sekaligus memesona. Dalam momen-momen seperti ini, kita belajar untuk menahan rasa sakit demi sebuah tujuan. Ada keindahan yang sulit diucapkan tentangnya.

Hal itu terutama berlaku bagi gunung-gunung di Bandung Selatan. Di kawasan ini, mendaki gunung bukan hanya tentang menaklukkan puncak-puncaknya, tapi juga tentang menyusuri keindahan alam yang luar biasa, menjalin hubungan dengan sesama pendaki, dan terhubung kembali dengan diri kita sendiri. Ini adalah tempat di mana para petualang dan pecinta alam menemukan ketenangan Ibu Pertiwi. Berikut adalah daftarnya.

Baca Juga: GUNUNG-GUNUNG DI BANDUNG RAYA #49: Gunung Selasih dengan Keunikan Batu Karut, Populasi Kera, dan Legenda Seorang Putri
GUNUNG-GUNUNG DI BANDUNG RAYA #50: Gunung Gedugan, Puncak Tertinggi di Kawasan Soreang dan Cililin
GUNUNG-GUNUNG DI BANDUNG RAYA: Tujuh Gunung di Bandung Utara yang Menjadi Favorit Pendaki

Seorang pendaki berdiri di  <a target='_BLANK' href='//bandungbergerak.id/article/topic/2235/Puncak'>puncak</a>   <a target='_BLANK' href='//bandungbergerak.id/article/topic/4005/Gunung-Pipisan'>Gunung Pipisan</a>  dengan pemandangan  <a target='_BLANK' href='//bandungbergerak.id/article/topic/2412/Gunung-Geulis'>Gunung Geulis</a>  dan Bukit Barisan  <a target='_BLANK' href='//bandungbergerak.id/article/topic/1133/Baleendah'>Baleendah</a>  di hadapannya, Januari 2021. Dari puncak gunung ini, kita bisa melihat pemandangan menawan di empat penjuru mata angin. (Foto: Gan Gan Jatnika)
Seorang pendaki berdiri di puncak Gunung Pipisan dengan pemandangan Gunung Geulis dan Bukit Barisan Baleendah di hadapannya, Januari 2021. Dari puncak gunung ini, kita bisa melihat pemandangan menawan di empat penjuru mata angin. (Foto: Gan Gan Jatnika)

Gunung Geulis Baleendah

Gunung Geulis Baleendah merupakan bagian dari Bukit Barisan, sehingga kalangan pendaki biasa menyebut gunung ini “Bukit Barisan Baleendah” (BBB). Nama “Geulis” sendiri berarti “cantik”, “indah”, atau “elok”. Bukit Barisan membentang sepanjang 8 kilometer, di mana Gunung Geulis menjulang tinggi mencapai ketinggian 1.154 Meter di atas permukaan laut (Mdpl). Dari puncaknya, kita bisa melihat cekungan Bandung yang dulunya danau purba.

Meskipun cocok bagi pendaki pemula, mengingat medan jalannya masih cukup sulit, jasa pemandu tetap direkomendasikan. Jalan setapak awal yang curam akan membawa pendaki masuk ke dalam hutan bambu yang rapat. Ketika mendaki puncak, jalur semakin sempit dan terjal. Tanjakan tersebut cukup terjal dan akan sangat menantang bagi yang belum terbiasa.

Biarpun begitu, sesampainya di puncak, pemandangan yang menakjubkan dapat menjadi pelepas letih. Ketika sinar fajar menyingsing di cakrawala, momen di mana Baleendah dan Bojongsoang bermandikan rona lembut matahari terbit, kelelahan untuk mencapai puncak akan terasa tak ada apa-apanya. Pada malam hari, lampu-lampu kota mulai berkelap-kelip, menciptakan suasana surealis dan nyaris mistis.

Gunung Geulis Baleendah, atau ada juga yang menyebutnya Gunung Geulis Maggahang, menawarkan tiga rute. Rute pertama, sisi selatan, dimulai dari Gunung Pabeasan di Arjasari. Rute kedua, sisi timur, dapat diambil dari Gunung Pipisan atau Kampung Pacet di Pinggirsari. Rute ketiga, sisi barat, dapat diakses dari Desa Manggahang atau—bagi mereka yang ingin melakukan perjalanan yang lebih jauh—dari Gunung Koromong.

Dua pendaki menikmati pemandangan  <a target='_BLANK' href='//bandungbergerak.id/article/topic/2732/Gunung-Sangar'>Gunung Sangar</a>  (tampak paling kiri) dari Kampung Pasirbentang, Desa Mekarjaya, Kecamatan Arjasari. Kabupaten Bandung, Agustus 2021. (Foto: Gan Gan Jatnika)
Dua pendaki menikmati pemandangan Gunung Sangar (tampak paling kiri) dari Kampung Pasirbentang, Desa Mekarjaya, Kecamatan Arjasari. Kabupaten Bandung, Agustus 2021. (Foto: Gan Gan Jatnika)

Gunung Sangar

Dengan bentuknya yang menyerupai setengah bulatan terbalik, dan ketinggian sekitar 1.690 Mdpl, Gunung Sangar tampak memikat perhatian di kaki Pegunungan Malabar. Masyarakat menyebutnya “Sangar” karena konon terdapat banyak bahaya yang mungkin dijumpai para pendaki, terutama binatang liar dan buas. Legenda mengatakan bahwa harimau sering kali mondar-mandir di sana, bukan hanya harimau sungguhan, tapi juga harimau jadi-jadian.

Kendati begitu, Gunung Sangar sudah tak lagi sesangar kisah mistisnya. Tempat ini sekarang menjelma menjadi kawasan yang indah dengan fasilitas wisata yang tertata rapi. Sepanjang pendakian menuju puncak, kita akan menemukan keajaiban alam yang unik. Sekitar 300 meter dari puncak, terdapat sebuah batu besar yang dikenal dengan nama “Batu Susun”, yang menawarkan pemandangan yang menakjubkan.

Jika kita mengalihkan perhatian ke arah utara, kita akan menyaksikan hamparan Bandung Selatan dan Pegunungan Baleendah dengan jelas. Selain daya tarik alamnya, Gunung Sangar memiliki lapangan sepak bola yang terawat dengan baik. Terlebih, wilayah ini juga memiliki potensi pertanian yang sangat bermutu: sayuran, pinus, dan kopi. Hasil panen kopi nantinya dipasarkan dengan merek “Kopi Sangar”, dan kita bisa membawanya sebagai oleh-oleh.

Jalur pendakian di Gunung Sangar terasa seperti berjalan di atas punggung naga, yang bagi beberapa orang mengingatkannya pada adegan-adegan dalam serial Dragon Ball.

Puncak  <a target='_BLANK' href='//bandungbergerak.id/article/topic/5105/Gunung-Puntang'>Gunung Puntang</a>  dikenal dengan sebutan Puncak Mega, Agustus 2015, menjadi salah satu daya pikat bagi para pendaki untuk berkunjung dan menikmati pemandangan yang demikian indah. (Foto: Gan Gan Jatnika)
Puncak Gunung Puntang dikenal dengan sebutan Puncak Mega, Agustus 2015, menjadi salah satu daya pikat bagi para pendaki untuk berkunjung dan menikmati pemandangan yang demikian indah. (Foto: Gan Gan Jatnika)

Puncak Besar dan Puncak Mega

Pegunungan Malabar, yang merupakan pegunungan terbesar se-Bandung Raya, memiliki banyak puncak dan gunung di dalam hamparannya. Puncak Besar adalah puncak tertinggi Pegunungan Malabar, dan ada pula tempat lainnya yang tak kalah populer: Puncak Mega. Ketinggian Puncak Besar mencapai 2.343 Mdpl, sedangkan ketinggian Puncak Mega (atau ada juga yang menyebutnya Gunung Puntang) mencapai 2.224 Mdpl.

Di Puncak Besar, terdapat Kampung Cinyiruan yang tak hanya berfungsi sebagai titik awal pendakian gunung, tapi juga menyimpan potensi yang sangat besar. Kampung ini adalah rumah bagi perkebunan kina pertama di Indonesia yang didirikan pada tahun 1855. Taman di dalam area kantor perkebunan Cinyiruan ini sangat terawat, dengan bunga-bunga yang ditata secara cermat. Ada bunga yang menyerupai bulan sabit, bola dunia, dan matahari.

Sementara itu, Puncak Mega turut menawarkan daya tarik wisata yang tak kalah indahnya, terutama beberapa air terjun seperti Curug Cigeureuh, Curug Cisaat, Curug Cikahuripan, Curug Gentong, dan Curug Siliwangi. Curug Siliwangi, dengan ketinggian 150 meter, adalah tujuan paling populer bagi para pendaki. Ketika mencapai puncak Puncak Mega, kita dapat menyaksikan warna oranye cemerlang dari matahari terbit dan terbenam.

Keunikan Puncak Mega tak berhenti pada keindahan alamnya. Di sana terdapat peninggalan sejarah, seperti reruntuhan Radio Malabar (Radio Dorf). Selain itu, hasil kopi Puncak Mega yang disebut “Kopi Gulali” merupakan salah satu jenis kopi Arabika terbaik di dunia. Pada kompetisi kopi internasional yang diadakan di Amerika Serikat tahun 2016, kopi dari Puncak Mega ini mendapatkan penghargaan tertinggi.

Batu Wayang, sebuah spot  <a target='_BLANK' href='//bandungbergerak.id/article/topic/7513/Foto'>foto</a>  paling memikat di Gunung Wayang, menjadi daya tarik bagi para pengunjung, Maret 2021. (Foto: Gan GanJatnika)
Batu Wayang, sebuah spot foto paling memikat di Gunung Wayang, menjadi daya tarik bagi para pengunjung, Maret 2021. (Foto: Gan GanJatnika)

Gunung Wayang

Gunung Wayang merupakan gunung berapi kembar yang terdiri atas Gunung Wayang dan Gunung Windu. Ketinggian Gunung Wayang mencapai 2.182 Mdpl. Kata “Wayang” sendiri bukan berasal dari kata wayang yang kita bayangkan, melainkan gabungan dari kata “Wa” yang artinya berangin lembuat, dan “Hyang” yang artinya Dewa atau Tuhan. Dengan begitu, penamaan “Wayang” maksudnya adalah angin surgawi atau angin dewata yang lembut.

Di bagian kakinya saja, Gunung Wayang akan menyuguhi kita dengan dua keajaiban alam yang berbeda di setiap lerengnya: Situ Cisanti di sisi timur dan Kawah Wayang di sebelah barat. Situ Cisanti merupakan sumber mata air bagi sungai terpanjang di Tatar Parahyangan, yaitu sungai Citarum. Airnya tenang, dan sekitarannya dikelilingi perkebunan teh, sayur, dan peternakan sapi perah.

Sementara itu, Kawah Wayang merupakan kawah vulkanik yang mengepulkan asap belerang rona putih dengan aromanya yang khas. Menaiki puncak kedua, kita akan menemukan Batu Wayang, lambang ikonik gunung ini berupa sebuah formasi batu yang menyerupai wayang. Dari titik ini, seluruh kota Pangalengan terbentang di hadapan kita. Di cakrawala, kita dapat melihat siluet Gunung Bedil, puncak lain yang menjulang tinggi di kejauhan.

Di sebuah pagi di  <a target='_BLANK' href='//bandungbergerak.id/article/topic/3430/Sunan-Ibu'>Sunan Ibu</a>  Gunung Patuha, kita bisa menikmati  <a target='_BLANK' href='//bandungbergerak.id/article/topic/3271/Kawah-Putih'>Kawah Putih</a>  dengan balutan sinar matahari yang memesona, Juli 2020. (Foto: Gan Gan Jatnika)
Di sebuah pagi di Sunan Ibu Gunung Patuha, kita bisa menikmati Kawah Putih dengan balutan sinar matahari yang memesona, Juli 2020. (Foto: Gan Gan Jatnika)

Gunung Patuha

Gunung Patuha, menjulang megah di wilayah Ciwidey, Bandung Selatan, merupakan gunung tertinggi kedua di wilayah Bandung Raya. Ketinggiannya mencapai 2.434 Mdpl. Konon, kata “Patuha” berasal dari kata “sepuh”, yang diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi “Pak Tua”. Seiring berjalannya waktu, nama ini berangsur-angsur berubah menjadi “Patuha”.

Gunung Patuha terkenal dengan empat kawahnya yang khas: Kawah Putih, Kawah Cibodas, Kawah Saat, dan Kawah Tiis atau Legoktiis. Kawah Putih dan Kawah Saat adalah yang paling terkenal. Pesona Kawah Putih terletak pada eksotismenya yang unik, menampilkan dinding kawah dan air berwarna putih. Namun, warna air dapat berubah berdasarkan kandungan belerang, suhu, dan kondisi cuaca. Dari kejauhan, warnanya tampak biru kehijauan.

Sejauh mata memandang, hamparan perkebunan teh yang rimbun bisa sangat memanjakan mata. Matahari terbit dan terbenam di atas cakrawala yang terletak di antara pegunungan. Pada malam hari, bintang-bintang mulai berkelap-kelip di atas kepala, dan hamparan yang ada di bawahnya diselimuti kegelapan, kecuali cahaya lembut desa-desa dan perkotaan di kejauhan. Sungguh suatu pengalaman yang ajaib.

Para pendaki menikmati suasana terbuka di puncak Gunung Tambakruyung, Juli 2022. Tampak dari sana  <a target='_BLANK' href='//bandungbergerak.id/article/topic/5689/Gunung-Masigit'>Gunung Masigit</a>  yang menjulang paling tinggi di kejauhan. (Foto : Gan Gan Jatnika)
Para pendaki menikmati suasana terbuka di puncak Gunung Tambakruyung, Juli 2022. Tampak dari sana Gunung Masigit yang menjulang paling tinggi di kejauhan. (Foto : Gan Gan Jatnika)

Gunung Tambakruyung

Gunung Tambakruyung, secara geomorfologi, merupakan bukit hasil letusan gunung berapi. Selain Gunung Geulis dan Pasir Guyur, di kaki Gunung Tambakruyung juga terdapat gunung-gunung dan gundukan pasir lainnya: Gunung Mayit, Pasir Koang, dan Pasir Endog. Tanahnya yang subur membuat lereng Gunung Tambakruyung ini cocok untuk menanam kopi, bahkan hasil panennya telah menembus pasar Eropa. Ketinggiannya mencapai 1.994 Mdpl.

Selama perjalanan mendaki, kombinasi antara tanjakan curam dan tanjakan landai adalah menu yang harus kita lalui. Pendakian ini akan membawa kita ke Pasir Guyur. Pada hari yang cerah, puncak Gunung Tambakruyung yang megah terlihat jelas di depan. Dari Pasir Guyur, kita bisa menuruni jalan setapak yang sudah dilalui dengan baik, diapit oleh hutan pinus dan perkebunan kopi di kedua sisinya. Daerah ini dikenal sebagai Lembah Ciremes.

Para pendaki biasanya beristirahat di bawah kanopi pepohonan di puncaknya, menikmati makan siang dan menghilangkan rasa lelah. Untuk menikmati panorama pegunungan, kita harus berjalan sekitar 150 meter ke arah selatan. Dari titik pandang terbuka ini, kita dapat melihat Pegunungan Ciwidey. Di arah barat laut, Pegunungan Cililin juga terlihat. Pada hari yang cerah, kita bahkan bisa melihat sekilas permukaan Danau Saguling.

Sisi selatan  <a target='_BLANK' href='//bandungbergerak.id/article/topic/6452/Gunung-Puncak-2020'>Gunung Puncak 2020</a>  dilihat dari Savana Ranca Upas, Ciwidey, Kabupaten Bandung, Februari 2023. Puncak gunung ini berupa area terbuka. (Foto: Gan Gan Jatnika)
Sisi selatan Gunung Puncak 2020 dilihat dari Savana Ranca Upas, Ciwidey, Kabupaten Bandung, Februari 2023. Puncak gunung ini berupa area terbuka. (Foto: Gan Gan Jatnika)

Puncak 2020 Ranca Upas

Puncak 2020, atau ada juga yang menyebutnya Gunung Puncak Upas, memiliki ketinggian 2.038 Mdpl. Nama “2020” diambil karena dulu, ketika tempat tersebut belum diberi nama, peta topografi lama daerah Ciwidey tahun 1925 menuliskan ketinggiannya sebesar 2.020 Mdpl. Secara administratif, Puncak Upas 2020 termasuk wilayah Desa Patengan, Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung.

Di antara Gunung Puncak 2020 dan Gunung Cadas Panjang, kita akan menemukan tempat yang nyaman untuk beristirahat. Meskipun tak terlalu luas, lokasi ini menyediakan tempat peristirahatan yang nyaman. Dengan vegetasi hutan yang melimpah, tempat ini sangat ideal untuk melatih keterampilan bertahan hidup dan navigasi darat. Udaranya murni, dan setiap tarikan napas terasa seperti seteguk ramuan alami.

Saat kita mendaki menuju punggung Gunung Puncak 2020, kita bakal menemukan tanaman langka pemakan serangga yang biasa disebut kantong semar. Hingga beberapa tahun yang lalu, ada bangunan panggung dari bambu dan kamar kecil yang kini tinggal puing-puingnya. Gunung Puncak 2020 tampaknya pernah ditujukan sebagai destinasi wisata, dengan pesona matahari terbit sebagai daya tarik utamanya.

Itulah tujuh gunung di Bandung Selatan yang kerap dianggap sebagai destinasi favorit bagi para pendaki. Gunung-gunung tersebut, sebagaimana telah kita lihat, menawarkan paket komplit. Entah kita ingin mengejar keelokan sunrise dan sunset, menjajal rasa petualangan, atau sekadar mencari ketenangan, gunung-gunung di Bandung Selatan memiliki semuanya. Jadi, siapkan peralatan mendaki Anda, kumpulkan teman-teman, dan pergilah ke Bandung Selatan untuk merasakan kegembiraan menaklukkan gunung-gunung favorit ini.

* Tulisan kolom Gunung-gunung di Bandung Raya merupakan bagian dari kolaborasi bandungbergerak.id dan Komunitas Pendaki Gunung Bandung (KPGB). Kawan-kawan juga bisa membaca artikel-artikel lain dari Muhammad Andi Firmansyah.

Editor: Ahmad Fikri

COMMENTS

//