• Kolom
  • GUNUNG-GUNUNG DI BANDUNG RAYA: Tujuh Gunung di Bandung Timur yang Menjadi Favorit Pendaki

GUNUNG-GUNUNG DI BANDUNG RAYA: Tujuh Gunung di Bandung Timur yang Menjadi Favorit Pendaki

Bandung Timur memiliki bentang alam yang rimbun, jalur pegunungan yang tenang, serta panorama yang memukau.

Muhammad Andi Firmansyah

Mahasiswa Ilmu Politik Universitas Padjadjaran (Unpad)

Para pendaki menikmati suasana menjelang senja di puncak Gunung Pangradinan, Agustus 2022. Waktu terbaik untuk mendaki gunung di Bandung timur ini adalah pagi atau sore hari. (Foto: Gan Gan Jatnika)

11 November 2023


BandungBergerak.id – Kehidupan urban bisa sangat melelahkan dan bikin stres. Meskipun kita tak bisa, dan bahkan mungkin tak boleh, sepenuhnya melarikan diri dari siklus semacam itu, kita dapat memberi diri kita jeda dari hiruk-pikuk dan kekacauan tersebut. Gunung merupakan destinasi yang cocok untuk melepas penat rutinitas perkotaan.

Berada di alam dapat menjernihkan pikiran kita, dan ini memungkinkan kita untuk berfokus pada hal-hal penting dalam hidup, ketimbang hal-hal sepele yang sering kali mendominasi kehidupan kita sehari-hari. Suara merdu dari aliran sungai pegunungan, pemandangan tak terbatas dari puncak yang megah, aroma memabukkan dari bunga-bunga atau pepohonan selama pendakian—semua hal itu menciptakan kepuasan psikologis yang kuat.

Bandung Timur, dengan bentang alamnya yang rimbun, jalur pegunungan yang tenang, dan panorama yang memukau, adalah tempat pas untuk semua orang yang mencari kepuasan psikologis semacam itu. Ada ungkapan “Bandung dilingkung ku gunung” (Bandung dikelilingi oleh gunung), dan Bandung Timur mendapat sebaran gunung yang cukup banyak. Artikel ini akan menyajikan tujuh di antaranya.

Baca Juga: GUNUNG-GUNUNG DI BANDUNG RAYA: Tujuh Gunung di Bandung Utara yang Menjadi Favorit Pendaki
GUNUNG-GUNUNG DI BANDUNG RAYA: Tujuh Gunung di Bandung Selatan yang Menjadi Favorit Pendaki

Gunung Mandalawangi dilihat dari arah utara, Jalan Raya Nagreg, Kabupaten Bandung, Februari 2021. (Foto : Gan-gan Jatnika).
Gunung Mandalawangi dilihat dari arah utara, Jalan Raya Nagreg, Kabupaten Bandung, Februari 2021. (Foto : Gan-gan Jatnika).
Gunung Mandalawangi

Secara administratif, Gunung Mandalawangi terletak di perbatasan antara Kabupaten Garut dan Kabupaten Bandung. Ketinggiannya sekitar 1.650 Mdpl (Meter di atas permukaan laut), dan di puncaknya kita akan menemukan sebuah tugu berlambang Batalyon Kujang, sehingga penduduk setempat menyebut puncak gunung ini dengan nama Puncak Kujang.

Berkat hutannya yang masih asri dan pepohonannya begitu rimbun, Gunung Mandalawangi menjadi andalan bagi warga Kabupaten Bandung maupun Kabupaten Garut sebagai sumber dan resapan air. Tanahnya pun cocok untuk ditanami pohon keras. Selain keanggunan alam, gunung ini juga kerap dijadikan wisata religi, terutama di area air terjun Cimandiracun (atau CIbuniracun) di Mandalagiri.

Jika sedang musim hujan, kita akan mendapati sungai-sungai kecil yang jernih dan meluap. Pada musim kemarau, kita mungkin hanya akan melihat bebatuannya saja. Sepanjang jalur pendakian, kita bakal dikelilingi pepohonan besar. Udaranya adem, dan lanskap hijau benar-benar memanjakan mata kita. Sesampainya di puncak, ketika matahari perlahan merangkak naik di ufuk timur, aroma pinus menyebar di bawah langit yang penuh guratan oranye.

Seorang pendaki melintasi sabana atau padang rumput yang memukau di sekitar puncak Gunung Pangradinan, dengan penampakan Gunung Mandalawangi sebagai latarnya, Agustus 2022. (Foto: Gan Gan Jatnika)
Seorang pendaki melintasi sabana atau padang rumput yang memukau di sekitar puncak Gunung Pangradinan, dengan penampakan Gunung Mandalawangi sebagai latarnya, Agustus 2022. (Foto: Gan Gan Jatnika)

Gunung Pangradinan

Gunung Pangradinan terletak di perbatasan Kampung Gorowek, Desa Mekarlaksana, dengan Kampung Cikancung Girang, Desa Cikancung, Kabupaten Bandung. Ketinggiannya mencapai 1.234 Mdpl. Gunung Pangradinan ini telah menjadi sumber bagi sungai-sungai di sekitarnya, seperti Cikalage, Cikopo, dan Ciwirama.

Sebelum tiba di puncak, kita akan disuguhi penampakan dari gunung-gunung lain, terutama pegunungan Baleendah: Gunung Bukitcula, Gunung Nini, dan Gunung Geulis. Selain itu, kita juga akan melihat hamparan sawah yang menghijau di area Cekungan Bandung. Setibanya di puncak, selayaknya Gunung Merbabu, kita akan menjumpai sabana yang membentang luas. Karena hamparan rumput pula, area ini tak punya tempat berteduh selain dua pohon pinus.

Di bawah naungan pohon pinus ini, mungkin sambil makan-minum atau bercengkerama, kita bisa menikmati pemandangan Cekungan Bandung, Cicalengka, dan Nagreg. Semilir lembut angin yang membawa aroma pinus mungkin bakal membuat kita betah duduk di sana. Jika cuaca sedang cerah, paginya kita bisa menikmati kehangatan dan keindahan matahari terbit, dan siangnya langit biru yang penuh awan-awan menggelayut rendah.

Sisi barat Gunung Geulis Jatinganor, dengan puncak Gunung Bukitjarian di sebelah kirinya,  dilihat dari Puncak Papanggungan Gunung Manglayang, Maret 2016. (Foto Gan Gan Jatnika)
Sisi barat Gunung Geulis Jatinganor, dengan puncak Gunung Bukitjarian di sebelah kirinya, dilihat dari Puncak Papanggungan Gunung Manglayang, Maret 2016. (Foto Gan Gan Jatnika)

Gunung Geulis Tanjungsari

Di kawasan Bandung Raya, nama Gunung Geulis bukan hanya satu atau dua. Gunung Geulis dalam pembahasan ini merujuk pada Gunung Geulis yang berada di perbatasan Kecamatan Tanjungsari dan Cimanggung. Ketinggiannya mencapai 1.281 Mdpl. Konon, nama “Geulis” (yang berarti cantik) diambil dari seorang suami yang bertapa di gunung ini selama 40 hari 40 malam, tapi gagal pada malam terakhir gara-gara godaan seorang putri yang cantik.

Meskipun tak terlalu tinggi, keindahan panorama alam puncak Gunung Geulis Tanjungsari tak boleh disepelekan. Di sini kita bukan hanya disuguhkan paket komplit sunrise dan sunset, tapi juga pemandangan hamparan sawah yang berpadu dengan padatnya pemukiman dan jalan-jalan, terutama kawasan Jatinangor. Di puncak pula, selain areanya yang luas, kita tak perlu merisaukan tempat berteduh. Ada pepohonan kaliandra yang sangat rimbun.

Jika ingin sampai ke kawasan terbuka, kita perlu berjalan kaki ke arah timur sekitar 5 menit dari puncak. Di sana terdapat ruang terbuka yang sangat luas, menawarkan pemandangan ke arah Gunung Kareumbi dan Gunung Kerenceng. Banyak pendaki yang biasa mendirikan kemah di area ini. Jika kita naik dan berdiri di atas batu besar, terlihat pula ujung kelurusan Sesar Cileunyi-Tanjungsari di arah timur laut.

Dari Bumi Perkemahan Serewen, terlihat Gunung Dungusmalati, Pasir Paesan, dan Gunung Serewen, Juni 2022. (Foto: Gan Gan Jatnika)
Dari Bumi Perkemahan Serewen, terlihat Gunung Dungusmalati, Pasir Paesan, dan Gunung Serewen, Juni 2022. (Foto: Gan Gan Jatnika)

Gunung Serewen

Gunung Serewen, atau ada yang menyebutnya Gunung Cowang, terletak di tiga desa yang menjadi bagian dari Kabupaten Bandung, di antaranya Desa Nagrog, Desa Nagreg, dan Desa Citaman. Ketinggiannya mencapai 1.285 Mdpl. Beberapa orang menamai puncak gunung ini dengan sebutan Puncak Pemancar, karena di salah satu sisi puncaknya terdapat suatu tiang telekomunikasi berukuran besar.

Sekitar satu setengah kilometer ke arah barat daya, kita akan menjumpai bumi perkemahan yang menyajikan pemandangan menawan. Di situ kita bisa melihat gunung-gunung lain yang mengelilingi Gunung Serewen, serta hamparan rumput ilalang. Meskipun bumi perkemahan ini kurang terawat, di mana ilalang tumbuh hampir setinggi manusia, warga memanfaatkan area ini sebagai area berjalan-jalan santai dan melepas burung merpati aduan.

Di luar semua itu, Gunung Serewen juga menawarkan penampakan sungai di lembah bagian barat bernama Ciseupang. Sungai ini diapit oleh tiga gunung, yaitu Gunung Buyung, Gunung Serewen, dan Gunung Dungusmalati. Airnya jernih dan menyegarkan, menjadi sumber bagi beberapa air terjun (curug) dengan beragam ketinggian. Selain cocok untuk melepas penat dan berbagi tawa dengan sesama pendaki, kita juga akan menemui udang-udang air tawar.

Pemandangan Gunung Kareumbi dan Gunung Kerenceng di kawasan timur Bandung, Maret 2023. (Foto: Gan Gan Jatnika)
Pemandangan Gunung Kareumbi dan Gunung Kerenceng di kawasan timur Bandung, Maret 2023. (Foto: Gan Gan Jatnika)

Gunung Kerenceng

Gunung Kerenceng terletak di Kampung Jambu Air, Desa Sindulang, Kabupaten Sumedang. Dengan ketinggian mencapai 1.754 Mdpl, gunung ini memiliki medan yang lumayan susah, karena tanjakannya cukup terjal. Nama “Kerenceng” sendiri, menurut legenda, berasal dari sering terdengarnya bunyi kerenceng atau kerincing, seperti ikatan beberapa gengge yang disatukan.

Perjalanan menuju puncak Gunung Kerenceng dimulai dengan melewati jalanan beton yang menanjak cukup panjang. Selama perjalanan ini pula, kita akan mendapati aliran selokan di kiri dan kanan, serta perkebunan tomat, kol, jeruk, dan cabe. Sesekali ada jembatan bambu yang harus diseberangi. Seiring mendekati puncak, hutan mulai mendominasi dan jalanan semakin sempit.

Gunung Kerenceng berbentuk strato dengan cerukan menyerupai kawah yang sobek ke arah barat. Inilah mengapa puncak gunung ini relatif sempit, mungkin hanya muat tujuh sampai sepuluh orang saja. Biarpun begitu, jika kita berhasil mendapatkan tempat di sana, kita tak akan dibuat kecewa oleh keindahan panorama alamnya yang begitu megah. Ke sudut mana pun kita menengok, pegunungan melambaikan tangannya, termasuk kawasan kota.

Penampakan Gunung Manglayang di kawasan timur Bandung, Maret 2022 (Foto: Gan Gan Jatnika)
Penampakan Gunung Manglayang di kawasan timur Bandung, Maret 2022 (Foto: Gan Gan Jatnika)

Gunung Manglayang

Gunung Manglayang terletak di perbatasan antara Kabupaten Bandung dan Sumedang, dan hanya memiliki ketinggian 1.818 Mdpl. Kendati begitu, perjalanan menuju puncaknya adalah tantangan sulit karena kita akan banyak berhadapan dengan tanjakan-tanjakan curam yang kemiringannya mencapai 45 derajat.

Menurut legenda, nama “Manglayang” diambil dari seekor kuda mitologi bernama Semprani yang mencoba terbang (layang) dari Cirebon ke Banten. Namun, Semprani jatuh tersungkur di permukaan dasar lereng gunung ini. Sekarang terdapat suatu batu besar yang dinamakan Batu Kuda di gunung ini. Letaknya berada di jalur pendakian yang bernama Jalur Batu Kuda, dan batunya memang mirip moncong kepala kuda, di mana tubuhnya terkubur dalam tanah.

Puncak Manglayang cukup luas, mirip lapangan. Pepohonan besar mengelilingi area ini, dan ada pula sebuah makam keramat. Jika cuaca sedang cerah, kita bisa menyaksikan panorama sunrise dan sunset dengan jelas, plus lanskap Kota Bandung dan jajaran pegunungan lainnya. Selain keindahan alamnya, Gunung Manglayang juga menjadi sumber mata air bagi banyak sungai, misalnya sungai Cibeusi, Cipanjalu, Ciwaru, dan sebagainya. Airnya jernih dan bersih, bahkan menjadi pasokan air galon dengan label “Air Pegunungan Manglayang”.

Gunung Pangparang dilihat dari sisi selatan, kerimbunan alang-alangnya tampak menawan, Maret 2020. (Foto: Gan-gan Jatnika)
Gunung Pangparang dilihat dari sisi selatan, kerimbunan alang-alangnya tampak menawan, Maret 2020. (Foto: Gan-gan Jatnika)

Gunung Pangparang

Gunung Pangparang terletak di perbatasan Kabupaten Bandung dan Kabupaten Sumedang. Ketinggiannya mencapai 1.957 Mdpl. Penamaan Gunung Pangparang merupakan bagian tak terpisahkan dari kisah Sangkuriang. Konon, usai Sangkuriang menggunakan sebilah parang untuk menebang pohon yang menjadi bahan baku perahu, parang tersebut dilemparkan dan perlahan menjadi sebuah gunung. Disebutlah gunung itu dengan Gunung Pangparang.

Dahulu, kawasan Gunung Pangparang didominasi oleh perkebunan kina, tapi sekarang telah berubah. Sebagian sudah menjadi kawasan perkebunan sayur-mayur dan kopi. Transisi ini terjadi agaknya karena pasar kina dan olahannya tak lagi memberi keuntungan besar seperti dahulu kala. Bagaimanapun, berkat kendaraan yang mondar-mandir membawa hasil panen, jalan menuju puncak Gunung Pangparang dibuat tak terlalu curam.

Puncak gunung ini tertutup pepohonan yang rimbun, bukan area terbuka yang menyajikan penampakan panorama alam ke segala arah. Biarpun begitu, jika kita menjelajahinya lebih dalam, kita masih bisa menemukan banyak keajaiban gunung ini dari pohon-pohon kolosal yang menjulang tinggi ke langit dan aroma tanah yang lembap bagaikan balsem alami. Tak jauh dari puncak, ada area lapangan rumput dengan pemandangan yang lebih terbuka.

Itulah tujuh gunung di Bandung Timur yang biasanya dianggap sebagai destinasi favorit bagi para pendaki. Semua gunung tersebut memiliki kekhasan dan ceritanya masing-masing, dan dengan setiap pendakiannya, kita akan menjadi bagian dari cerita itu. Setiap puncak adalah undangan untuk dijelajahi, tantangan untuk ditaklukkan, dan pengingat bahwa selalu ada yang bisa dieksplorasi  dari kawasan yang menawan ini.

* Tulisan kolom Gunung-gunung di Bandung Raya merupakan bagian dari kolaborasi BandungBergerak.id dan Komunitas Pendaki Gunung Bandung (KPGB). Kawan-kawan juga bisa membaca artikel-artikel lain dari Muhammad Andi Firmansyah.

Editor: Ahmad Fikri

COMMENTS

//