Tragedi Ledakan Sampah yang Berulang
TPA Sarimukti merupakan pengganti TPA Leuwigajah yang mengalami tragedi pada 2005. Ironisnya, sistem pengelolaan TPA Sarimukti masih sama dengan TPA Leuwigajah.
TPA Sarimukti merupakan pengganti TPA Leuwigajah yang mengalami tragedi pada 2005. Ironisnya, sistem pengelolaan TPA Sarimukti masih sama dengan TPA Leuwigajah.
BandungBergerak.id - Mata perih, hawa sangat panas, dan napas sesak, itu yang dirasakan saat terjebak dalam kabut asap kebakaran di zona 4 Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sarimukti, Rabu (23/8/2023). Jarak pandang tak lebih dari dua meter, saat melangkah kaki harus benar-benar punya "mata". Salah langkah malah bisa menginjak tumpukan sampah yang membara. Bisa juga terperosok ke dalam timbunan sampah, seperti yang dialami seorang petugas pemadam kebakaran yang sebagian tubuhnya tertelan rawa sampah.
Saat angin kencang bertiup jarak pandang bisa lebih luas dan napas lebih lapang. Tampak pemandangan hamparan tanah penuh sampah dengan latar barisan tegakan pohon. Rupanya api semakin mendesak ke arah hutan. Beberapa detik kemudian, semua pemandangan itu hilang, berganti bayang hitam berpendar di tengah selimut kabut asap yang pekat dan menyesakkan.
Beberapa orang petugas pemadam kebakaran tetap berjibaku untuk mengendalikan dan mencegah api merambat lebih luas. Dari ketinggian bukit sampah, mereka hanya terlihat seperti titik-titik kecil di antara luasnya lanskap asap di area pembuangan seluas 25 hektare tersebut. Rasanya tak mungkin api bisa dikendalikan, namun mereka tetap berupaya sampai titik air terakhir di tangki truk pemadam kebakaran benar-benar habis.
TPA Sarimukti, tempat pembuangan akhir sampah yang menerima sekitar 2.000 ton sampah per hari dari wilayah Bandung Raya, terbakar sejak Sabtu, 19 Agustus 2023, dan api yang tersembunyi dalam lapisan sampah yang tebalnya puluhan meter itu terus merembet kemana-mana. Sejak 22 Agustus, status Kejadian Luar Biasa diberlakukan, pemerintah menutup TPA Sarimukti untuk sementara.
Pagi buta tanggal 24 Agustus 2023, jalanan di desa dan perkampungan benar-benar pekat oleh kabut dan asap. Sepeda motor harus dikendarai sangat lambat menembus pekatnya asap di jalanan Desa Sarimukti. Suasana di lokasi kebakaran masih sama seperti kemarin. Asap tebal di mana-mana, napas sesak akibat asap ditambah migraine di kepala yang belum hilang sejak kemarin.
Belum ada petugas pemadam yang datang. Petugas memang disiagakan di Cipatat sambil berisitirahat sebelum mereka kembali bertugas sekitar 8 pagi nanti. Mereka bekerja dan bersiaga selama 24 jam sebelum berganti shift dengan regu berikutnya.
Di kejauhan tampak titik-titik api baru di zona 2 TPA Sarimukti yang kemarin belum muncul sekarang mulai terlihat mengeluarkan asap cukup tebal. Asap ini juga yang sangat berdampak pada kondisi di sekitar perkampungan dan sekolah. Warga tetap berkegiatan di tengah kabut asap yang menyelimuti kampung. Mulai dari seorang ibu yang bolak-balik mengambil air bersih untuk kebutuhan sehari-hari sampai pemulung yang tengah memilah sampah di bedeng-bedeng pengepul yang ada di luar area TPA.
Di SMKN 1 Cipatat di Desa Sarimukti, demi mencegah terpapar penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) para pelajar wajib mengenakan masker saat bersekolah. Saat itu terlihat petugas BPBD dan PMI membagikan masker pada murid dan warga sekitar.
Sekolah setingkat SMA masih boleh menggelar kegiatan belajar dengan beberapa persyaratan, yaitu wajib masker dan jika kabut asap memburuk kegiatan belajar langsung dihentikan serta pelajar dipulangkan. Sementara untuk sekolah setingkat TK dan SD sudah diliburkan sejak 22 Agustus.
Ledakan dari Tumpukan Sampah
Kembali ke lokasi kebakaran saat 2 truk pemadam memasuki gerbang. Asap dari titik api baru semakin tebal di zona 2 TPA Sarimukti, api juga terlihat menyala dan terus membesar. Sambil menunggu pemasangan instalasi selang penyemprot air, petugas tampak fokus mengamati pergerakan api.
Tiba-tiba terjadi beberapa ledakan cukup besar, entah dari sampah-sampah kaleng yang mengandung aerosol atau bahan mudah meledak lainnya, yang jelas dari gundukan sampah. "Mundur dulu, ambil jarak aman, semua mundur," teriak beberapa petugas memberi instruksi.
Saat selang terpasang, air pun langsung disemburkan ke arah titik api dan titik-titik lain berupa gundukan sampah gosong berwarna hitam pekat yang mengepulkan asap tebal. Air menyembur sementara ledakan dari tumpukan sampah juga masih sesekali terdengar kencang.
Sepertinya api sudah agak bisa dikendalikan, bersamaan dengan habisnya pasokan air dari tangki truk pemadam. Para petugas terduduk kelelahan dengan nozzle selang yang masih menitikan air, mereka memandang ke arah api yang sebelumnya padam namun masih mengepulkan asap. Perlu waktu lebih dari 10 menit untuk menunggu pasokan air baru yang disedot dari Sungai Cimeta, tak jauh dari TPA Sarimukti.
Para petugas sadar jeda waktu itu bisa jadi mimpi buruk mereka, saat pasokan air datang, saat itu juga api kembali membesar masih di sekitar area yang tadinya sudah terlihat padam. Penyemprotan pun kembali harus diulang. Pagi itu hanya sedikit truk pemadam yang terlihat, 2 dari Kabupaten Bandung Barat, 1 bantuan dari Karawang, dan unit bantuan dari Kota Bandung masih dalam perjalanan.
Buntut dari kebakaran TPA Sarimukti bagi kampung di sekitarnya adalah pencemaran udara yang sangat buruk dari asap kebakaran sebuah tempat pembuangan akhir yang dipenuhi sekitar 15 juta ton sampah, padahal TPA Sarimukti didesain untuk menampung 2 juta ton sampah. Sekitar 12 ribu jiwa di Desa Sarimukti, Rajamandala, dan Mandalasari terancam ISPA dari paparan asap. Sampai tanggal 30 Agustus, lebih dari 400 orang mengalami ISPA.
Di Kota Bandung, seluruh tempat penampungan sementara atau TPS sampah overload dan tutup untuk sementara. Pemerintah kota mengeluarkan aturan untuk menutup semua TPS selama Sarimukti masih lumpuh.
Kontan sampah-sampah pun berpindah, tak lagi numpuk di TPS, tapi numpuk di jalan-jalan, trotoar, persimpangan jalan, di depan toko, sampai menumpuk menutup mesin parkir. Pemandangan lautan sampah ini terlihat di di Jalan Jamika, Ahmad Yani, Cicadas, Gudang Selatan, Patrakomala, Kelenteng, Jenderal Sudirman, Pagarsih, dan ruas-ruas jalan lainnya.
Di setiap sudut Kota Bandung dipastikan ada gunungan sampah, terutama di dekat permukiman-permukiman padat penduduk. Entah sudah yang keberapa kali masalah horor sampah ini terus berulang di Kota Bandung, kota besar penghasil 1.500 ton sampah per hari.
Di tengah huru hara sampah Kota Bandung yang terus berlanjut, tiba-tiba muncul rencana proyek pembangunan tempat pembuangan sampah terpadu (TPST RDF) di Cicabe, tak jauh dari eks lokasi TPA Cicabe, Kecamatan Mandalajati, yang ditutup tahun 2005 lalu.
Dikutip dari tulisan opini mahasiswi Unpar Ketherine Goenawan di BandungBergerak.id tanggal 25 Agustus 2023, TPST Cicabe direncanakan akan menampung 46 ton sampah per hari. Sampah-sampah tersebut akan dibakar hingga menghasilkan RDF (refused derived fuel) atau pelet pengganti batu bara sebanyak 13,66 ton per hari.
TPST dengan teknologi RDF ini mengolah sampah jadi pelet (briket) yang diklaim pemerintah ramah lingkungan. Namun klaim tersebut dibantah oleh aktivis dan organisasi lingkungan. Alih-alih ramah lingkungan, RDF justru akan menambah racun baru bagi lingkungan.
Rencana ini jelas ditolak warga komplek permukiman yang jaraknya kurang dari 150 meter dari rencana proyek pembangunan TPST Cicabe. Warga komplek perumahan City Garden Residence lalu meluncurkan petisi penolakan di laman change.org. Selain itu mereka juga menempelkan spanduk dan poster-poster penolakan di sepanjang jalan ke arah komplek perumahan dan ke arah bakal lahan proyek TPST.
Kabarnya, TPA Sarimukti pada 1 September 2023 sudah bisa menerima pembuangan sampah lagi di zona 1. Masih ada ruang di zona tersebut yang bisa menampung 8.000 ton sampah. Mungkin celah ini bisa jadi solusi darurat pembuangan sampah Bandung Raya untuk sementara.
Selanjutnya entah dengan cara apalagi. TPA Sarimukti merupakan pembuangan dengan sistem open dumping sejak tahun 2006 sebagai ganti dari TPA Leuwigajah yang meledak dengan banyak korban jiwa. Ironisnya, TPA Sarimukti yang menempati lahan Perhutani dengan pengelolaan di bawah Pemprov Jabar ini tidak belajar dari tragedi TPA Leuwigajah yang juga sistem open dumping. Dengan sistem ini, sampah dibiarkan begitu saja di tempat terbuka, tercampur, tanpa upaya pemilahan sejak dari sumbernya. Sistem ini rentan sekali mengalami kelebihan kapasitas. Dan terbukti, TPA Sarimukti overload tahun 2017, namun masih terus beroperasi hingga saat ini.
Secara berkala, hamparan sampah ditimbun tanah, diratakan, dan dipadatkan kembali sebelum menerima gelontoran sampah baru. Hingga Sarimukti megap-megap tak bisa lagi menerima buangan sampah Bandung Raya yang cenderung bertambah sesuai meningkatnya populasi, karena semua opsi penanganan sampah juga tak berjalan mulus.
Sampai akhirnya TPA Sarimukti terbakar dan belum padam sepenuhnya hingga menginjak pekan kedua di awal September 2023. Tiba-tiba puntung rokok yang dibuang pemulung sebagai kambing hitam kebakaran ini. Tudingan ini tentu sulit dibuktikan.
Mengkambinghitamkan pemulung adalah kekonyolan lainnya dari buruknya pengelolaan sampah di Bandung Raya, Jawa Barat. Ratusan pemulung yang setiap hari mengisap ratusan batang rokok di sana, kenapa baru sekarang terbakar? Seharusnya sudah terbakar saat musim kemarau di tahun-tahun yang dulu, sejak Sarimukti sudah overload tahun 2017 dulu.
COMMENTS