• Kolom
  • BIOGRAFI ACHMAD BASSACH (11): Mendirikan Romans Bureau Joehana

BIOGRAFI ACHMAD BASSACH (11): Mendirikan Romans Bureau Joehana

Tjarios Eulis Atjih, roman karya Achmad Bassach, ditimba dari kejadian nyata. Bahkan iklan roman ini menjelaskan bahwa roman ini kejadiannya terjadi di Bandung.

Atep Kurnia

Peminat literasi dan budaya Sunda

Iklan roman Kalepatan Poetra Dosana Iboe-Rama. (Sumber: Tangkoeban Parahoe, 1 November 1927)

14 Januari 2022


BandungBergerak.idSetelah Tjarios Eulis Atjih (Carios Euis Acih) terbit pada 1925, Achmad Bassach demikian produktif menulis roman Sunda. Hingga November 1927, saat dia mendirikan Romans Bureau Joehana, roman-roman yang berhasil diterbitkannya antara lain Tjarios Agan Permas (1926), Kasoeat koe Doeriat (1926), Kalepatan Poetra Dosana Iboe-Rama (1927), ditambah satu cerita bersambung yang tidak diselesaikannya dalam surat kabar Tangkoeban Parahoe (1927), Tjarios Raden Roro Ani.

Urutan judul tersebut hampir identik dengan iklan toko buku dan penerbit (Boekhandel & Uitgeverij) Tjikiraj, Sukabumi, dalam Sipatahoenan edisi 23 November 1926. Di situ antara lain disebutkan, “Oerang Soekaboemi kapati-pati koe boekoe Eulis-Atjih, di Tjiandjoer sareng Bandoeng galoedjroed koe loetjoena istri pengkoeh dina boekoe Kasoeat koe Doeriat, sa-Pasoendan henteu aja noe teu kagembang koe Agan Permas karangan Joehana tina aneh-anehna” (Orang Sukabumi sangat tertarik oleh buku Eulis Atjih, di Cianjur dan Bandung khalayak ramai membicarakan keteguhan seorang istri dalam buku Kasoeat-soeat koe Doeriat, tak seorangpun masyarakat setanah Pasundan yang tidak terpikat oleh Agan Permas karya Joehana, karena keanehannya).

Demikian pula yang diungkapkan S dalam obituari Achmad Bassach (Keng Po, 1929). Di situ S menulis, “Dari toean Achmad Bassach soeda dikloearken boekoe-boekoe: Eulis Atjih djilid 1, 2, dan 3, Kasoewat koe Doeriat djilid 1 dan 2, Agan Permas djilid 1, 2, dan 3, Neng Jaja djilid 1 dan 2, Kalepatan Poetra Dosana Iboe-Rama djilid 1 dan 2, Goenoeng Glenjoe, Moegiri djilid 1 dan 2, Roesia noe Goreng Patoet, Raden Roro Anie, Tembang Sisindiran, dan setaoe apa lagi.”

Sementara Tini Kartini dan kawan-kawan (Yuhana, Sastrawan Sunda, 1979: 12-14), menyebutkan perkiran tahun terbit Tjarios Agan Permas, dengan menyebutkan, “Dapat dipastikan bahwa edisi tahun 1926 bukan cetakan yang pertama karena buku Carios Agan Permas jilid 2 dan 3 telah diiklankan dalam kulit buku Siti Rayati karangan Muh. Sanusi yang terbit pada tahun 1923, sedangkan Ajip Rosidi mencatat tahun yang lebih kemudian (1928)”. Untuk Kasoeat koe Doeriat dikatakan “dapat disimpulkan bahwa roman itu sekurang-kurangnya terdiri atas dua jilid, dan selambat-lambatnya diterbitkan pada tahun 1923”.

Sementara untuk Kalepatan Poetra Dosana Iboe-Rama, mereka menyatakan, “Edisi roman ini tidak berhasil ditemukan. Menurut Ajip Rosidi (1969:56), roman ini diterbitkan pada 1927”. Sedangkan Tjarios Raden Roro Ani dalam buku mereka dikatakan berjudul Roro Amis dan “Edisi roman ini tidak berhasil ditemukan”.

Saya sendiri memiliki bukti-bukti kuat yang dapat membuat yakin mengenai titimangsa terbitnya keempat roman karya Achmad Bassach pasca-Tjarios Eulis Atjih itu. Untuk meyakinkannya, saya akan menyertakan keterangan dari surat-surat kabar sezaman, yang memuat pemberitaan serta pemuatan cerita bersambung karya Achmad Bassach. Termasuk menemukan waktu yang tepat untuk pembentukan Romans Bureau Joehana.

Baca Juga: BIOGRAFI ACHMAD BASSACH (8): Bergerak di Bandung
BIOGRAFI ACHMAD BASSACH (9): Siti Atikah, Istri yang Turut Bergerak
BIOGRAFI ACHMAD BASSACH (10): Di Antara Api dan Api, Menulis Eulis Atjih

Toko buku dan penerbit Tjikiraj, Sukabumi, yang antara lain menjual roman-roman karya Achmad Bassach. (Sumber: Sipatahoenan, 23 November 1926)
Toko buku dan penerbit Tjikiraj, Sukabumi, yang antara lain menjual roman-roman karya Achmad Bassach. (Sumber: Sipatahoenan, 23 November 1926)

Dari Titir hingga Tangkoeban Parahoe

Surat kabar-surat kabar yang saya jadikan pegangan adalah Titir tahun 1926 dan Tangkoeban Parahoe tahun 1927.

Dalam Titir edisi 13 Februari 1926, dimuat iklan Tjarios Agan Permas. Dengan tajuk “Boekoe Anjar. Joehana! Joehana! Joehana!” iklan tersebut dimulai dengan pertanyaan “Andjeun kenal sareng Joehana?” (Anda kenal Joehana?). Penulis iklannya sendiri mengatakan, “Rasa koering moal gagal deui, sabab koe goejoerna batoer-batoer, koe raongna noe ngaromong mani geus djadi sabiwir hidji, pokna: Joehana pangarang Tjarios Eulis Atjih” (Menurut saya tidak akan gagal lagi, sebab terbukti orang-orang ribut, dengan ramainya orang membincangkannya, konon: Joehana pengarang Tjarios Eulis Atjih).

Katanya, selanjutnya, “Ajeuna geus dikaloearkeun deui Tjarios Agan Permas” (Sekarang sudah diterbitkan lagi Tjarios Agan Permas). Dengan iklan itu terbukti roman tersebut tidak diterbitkan 1923 sebagaimana ditengarai Tini Kartini dan kawan-kawan, melainkan pada minggu kedua Februari 1926. Sekaligus saya juga dapat menolak semua pendapat yang menyatakan ada roman Achmad Bassach atau Joehana yang diterbitkan pada 1923. Karena tentu saja pada tahun tersebut dia belum terlibat dalam penulisan roman. Antara 1923 hingga awal Mei 1925, ia masih sibuk dalam dunia pergerakan.

Dua bulan kemudian, Titir edisi 8 April 1926 mengumumkan lagi terbitnya roman baru karya Achmad Bassach. Itulah Kasoeat koe Doeriat. Seperti dalam iklan Tjarios Agan Permas, pemberitahuannya diberi tajuk “Boekoe Anjar. Kasoeat koe Doeriat, bongan sepoeh pertjaja ka noe teu poegoeh” (Buku baru. Kasoeat koe Doeriat, akibat orang tua percaya terhadap hal-hal yang belum tentu).

Menariknya, sumber kisahnya ternyata seperti Tjarios Eulis Atjih, yaitu ditimba dari kejadian yang benar-benar terjadi. Pada awal pemberitahuannya, pemasang iklan menyatakan “Hidji tjarita noe geus kadjadian di Bandoeng djeung Tjiparaj, noe tjikeneh pisan, malah langkoeng ti tjikeneh, ti bieu teh!” (Suatu kisah yang sudah terjadi di Bandung dan Ciparay, yang baru saja terjadi, bahkan lebih dari baru saja, melainkan baru sekali). Untuk isi ceritanya, katanya, akan membuat pembaca senang plus memperoleh banyak teladan (“Eusina ieu boekoe ditanggel baris njenangkeun kanoe maraos, lain bae kitoe, tapi oge seueur tjonto tjonto noe perloe pakeun noe maraos”).

Selanjutnya, dari Tangkoeban Parahoe edisi 1 November 1927 saya mendapati iklan Kalepatan Poetra Dosana Iboe-Rama dan cerita bersambung Tjarios Raden Roro Ani nomor pertama. Dalam iklan Kalepatan Poetra Dosana Iboe-Rama tersaji teks “Boekoe noe Nembe Pisan Kaloear” (buku yang baru saja terbit). Di bawahnya diberi keterangan judul dan identitas penulisnya serta ilustrasi gambar sebuah kamar. Dalam gambar terlihat seorang lelaki yang seakan-akan sedang mengalami keterkejutan, sebab melihat sosok perempuan yang terlentang di lantai.

Cerita bersambung Tjarios Raden Roro Ani mempunyai subjudul “hidji journaliste” (seorang wartawati). Setelah pertama kali terbit pada 1 November 1927, nomor dua cerita bersambung itu dimuat dalam edisi 10 November 1927 dan nomor tiganya sekaligus nomor terakhir dimuat dalam edisi 20 November-20 Desember 1927. Pada nomor terakhir itu, redaksi memuatkan pengumuman (“Bewara ti Redactie”), yang isinya antara lain sebagai berikut:

Djoeragan Joehana, toekang ngarang feuilleton, ti semet ajeuna ka pajojoen moal ngalebetan deui feuilleton di Tangkoeban-Parahoe, margi andjeunna kalintang repotna ngarang roman (dongeng) di boemina, lantaran seueur noe paresen” (Tuan Joehana, pengarang cerita bersambung, mulai saat ini hingga di masa yang akan datang takkan lagi mengisi cerita bersambung dalam Tangkoeban Parahoe, sebab ia sangat repot mengarang roman [kisah] di rumahnya, sebab banyak yang memesan karangan).

Iklan Romans Bureau Joehana. (Sumber: Tangkoeban Parahoe, 10 November 1927)
Iklan Romans Bureau Joehana. (Sumber: Tangkoeban Parahoe, 10 November 1927)

Menjual Naskah Cerita

Apakah kesibukan Achmad Bassach? Dalam pengumuman di atas kita mendapatkan sedikit keterangannya. Saat itu, Achmad Bassach sangat sibuk dengan pekerjaannya menulis roman atau kisah demi melayani para pemesan.

Informasi paling jelas yang dapat menjawab pertanyaan tersebut adalah iklan yang dipasang Achmad Bassach sendiri dalam Tangkoeban Parahoe edisi 10 November 1927. Dengan menggunakan nama A. Bassach yang beralamat di Kebon-Klapaweg No. 169, Bandoeng, iklan tersebut berkaitan dengan “Romans-Bureau Joehana (Pabriekna boekoe-boekoe dongeng Soenda karangan Joehana)” (Romans Bureau Joehana [pabriknya buku-buku cerita Sunda karangan Joehana]).

Apa yang dilakukan Achmad Bassach dengan biro penulisannya itu? Di dalam teks iklannya, ia menyatakan menjual naskah cerita karangannya serta bertindak sebagai penjual buku-buku karyanya sendiri serta karya pengarang terkenal lainnya. Untuk urusan menjual naskah, ia mengatakan, “Ngitjal kope-kope dongeng basa Soenda roepi-roepi lalakon. Oepami djoeragan ngagaleuh eta kope, ladjeng ditjitak didamel boekoe, tangtos oentoengna teh” (menjual tulisan-tulisan tangan atau naskah cerita dalam bahasa Sunda dalam bentuk berbagai lakon. Bila Anda membeli naskah tersebut, lalu dicetak dijadikan buku, tentu saja akan beroleh keuntungan).

Sementara  untuk penjualan lainnya, ia menyatakan, “Oge ngitjal boekoe boekoe karangan Joehana, sareng boekoe-boekoe noe sanes, kenging pangarang pangarang Soenda noe kakontjara” (Menjual juga buku-buku karya Joehana dan buku-buku lainnya karya para pengarang Sunda yang terkenal).

Itulah sebabnya Achmad Bassach tidak dapat melanjutkan cerita bersambung dalam Tangkoeban Parahoe. Dari iklan tersebut kita juga jadi mengetahui alamat rumah Achmad Bassach, yaitu di Kebon-Klapaweg No. 169 atau yang pada tahun 1950 menjadi Jalan Banjaran (Perubahan Nama Djalan-djalan di Bandung, 1950: 6). Di rumah itulah Achmad Bassach menjalankan bisnisnya.

Barangkali, iklan yang dipasang Achmad Bassach itu sejalan yang terpasang dalam jilid buku Moegiri sebagaimana yang ditemukan Tini Kartini dan kawan-kawan (1979: 6). Mereka mengatakan, “Iklannya yang dimuat pada kulit buku roman Mugiri menunjukkan bahwa biro itu menjual konsep-konsep roman serta menerima pekerjaan naskah iklan untuk buku programa bioskop, perdagangan, pemangkas rambut, restoran, obat-obatan, dan untuk segala macam perusahaan. Di samping itu, ia juga menerima pekerjaan menerjemahkan dari bahasa Inggris, Belanda, Melayu, dan Sunda”.

Betapapun. Dari iklan Achmad Bassach dalam Tangkoeban Parahoe, saya dapat menentukan bahwa ia membuka bisnis penulisan itu pada November 1927, bukan “sekitar tahun 1928” sebagaimana yang dibilang oleh Tini Kartini dan kawan-kawan. Lalu, bagaimana realisasi pekerjaan bisnis biro tersebut? Untuk menjawabnya, saya akan mengungkapkannya pada tulisan mendatang. Mudah-mudahan. 

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//